Wednesday 6 May 2015

AKIBAT GILA SEKS.




“Jangan gila kamu? Dia itu istimewa, harusnya kamu mengerti akan hal itu! Pahamilah siapa yang kamu hadapi saat ini! Harusnya kamu beruntung, karena perhatian darinya telah kamu dapatkan! Meskipun aku tahu kamu tak pantas untuknya! Kamu itu brengsek!!! Kamu mengerti?? Kamu brengsek! Aku tak tahu kenapa dia sampai suka dengan dirimu!! Kamu sungguh tak pantas! Tak pantas! Dan tak pantaaasss!.” “Iya aku tahu” begitulah jawaban singkatku dari pertanyaan, hmmmmm lebih tepatnya celotehan dari sahabatku Rendi. Aku tak perdulikan apa katanya. Apa dia pikir aku itu seburuk itu... hmmmm hah dia terlalu berlebihan.... terserah apa yang harus kulakukan. Ini hidupku bukan hidupnya. Hahahahaha.... “dasar lelaki cerewet kau” batinku. Kemarahan sahabatku itu karena aku berhasil mendapatkan hati Ratih, teman sepermainannya sejak kecil. Pertemuan kami memang tak disengaja. Waktu itu ketika aku menemui Rendi sahabatku dirumahnya, aku bertemu dengan Ratih yang saat itu ada dirumahnya. Lalu tanpa sadar dan selebihnya aku tak ingat, kami berdua saling mengenal. Dan setiap aku kerumah rendi, dia pun sering datang untuk bercengkrama bersama dengan kami. Apalagi Ratih adalah tetangga dekatnya Rendi, jadi semakin memudahkan untuk saling bertemu. Lambat laun kami semakin dekat. aku tahu satu hal yang mungkin tidak disadari oleh Rendi, Ratih sering curi-curi pandang terhadapku. Awalnya aku merasa Ge,eR saja, tapi bila aku perhatikan. Ini sangat berbeda. Sepertinya dia menaruh hati padaku. Aku memberanikan diri untuk mengajak Ratih bertemu secara pribadi. Wa wa waw dia menerima tawaranku. Aku pun mengajaknya untuk nonton bioskop. Sengaja aku ajak dia untuk nonton film yang tidak ramai dengan pengunjung. Jelas, tujuan ku hanya untuk bermesraan dengan dia digedung bioskop. Didalam gedung bioskop, aku memegang tangannya, dia pun tak menolak, aku lebih berani lagi dengan merangkulnya diapun lagi-lagi tak menolak, dan aku lebih berani lagi dengan mencium bibir mungilnya.... “Plaaak plaaaak” sumpah baru kali ini aku ditampar cewek. Gila malu rasanya. Meski bioskop sepi penonton, rasanya malu diperhatikan segelintir penonton yang melihat tragedi ini. Ratih marah bukan main. Dia mengajak pulang. Aku tak tau harus berbuat apa. dimobilku aku hanya mencoba untuk mengambil hatinya, aku ingin minta maaf padanya. “Maafkan aka Ratih?” “Maaf katamu? Aku kira kamu beda dengan laki-laki lain. Ternyata sama saja.” “Sama saja bagaimana Ratih?” “Sama-sama laki-laki bernafsu berat. Tak berperasaan. Dasar buaya!” (jantungku rasanya berdetak lebih kencang, baru kali ini aku mendapatkan perlakuan dari cewek yang kukencani) “Maaf Ratih! Maaf ya?” “Aku tanya padamu? Apa tujuanmu melakukan itu padaku? Mencari kenikmatan?” (rasanya lidahku ngilu, aku tak mampu berkata dengan jelas. Aku bingung harus berkata apa) “Aku salah Ratih. Maafkan aku.” “Sudah-sudah..... antarkan aku pulang saja!. Dan perlu kamu tahu? Kamu laki-laki pertama yang menciumku. Haaaaaaaaaahhhh.... tak kusangka kuberikan pada laki-laki yang bukan suamiku.” (aku hanya diam, hanya mampu mengucapkan kata maaf padanya) “Maaf ratih?” Sesampaianya dirumah, aku langsung menuju kamarku, aku merebahkan tubuhku dikamar, sesekali aku membayangkan tragedi tadi di bioskop dengan Ratih. Hmmmm betapa malunya aku. Tapi dilain pihak aku kembali mengingat kalimat terakir dari Ratih tadi. Apa benar dia belum pernah pernah disentuh laki-laki lain bahkan sekedar berciuman? Hmmm diusianya yang sekitar duapuluh tahunan. “istimewa juga dia” batinku. Keesokan harinya, aku datang kerumahnya dengan membawa boneka serta seikat kembang mawar. Semoga dia suka. Itu harapanku. Sesampainya dirumahnya, dan setelah berhasil menemuinya. Bukan seperti yang aku harapkan. “Gila ini cewek” pikirku dengan sedikit jengkel. Betapa tidak dia menolak pemberianku. Hahhhh.... pikiran ingin marah, tapi hati mulai menganggapnya sesuatu yang istimewa. Sebuah intan yang mahal. Sayang bila terlewatkan. Aku tak mau menyerah. Aku terus dan terus untuk berusaha mendapatkan intan itu. “Ratih, taukah kamu. Aku terpesona olehmu. Kamu satu-satunya intan yang membuka hatiku tentang cinta yang sesungguhnya” Aku hanya mampu memendam kata-kata itu didepan rumahnya. Hanya ada satu cara untuk mendapatkan maaf darinya. Iya, menunjukan kalau aku cinta padanya. Aku datang kerumahnya sekali lagi. Meski dia tampak marah, aku bicara pada topik yang ingin aku ucapkan. “Ratih, aku cinta padamu? Maaf kelancanganku waktu itu!.” “Apa?” “Aku cinta padamu? Sungguh aku terpesona olehmu” (baru kali ini aku dibuat tak berkutik dihadapan cewek.... hahhhhh) “Apa buktinya kamu cinta padaku?” “Aku janji tidak akan menyentuhmu dan menjagamu sampai pada waktunya” (aku tau Ratih sebenarnya suka padaku)              lama kami beradu mulut... entah sudah berapa kata yang terucap, entah itu manis ataupun pedas semua melebur menjadi satu. tak sekadar kata yang telah menjadi satu... hati kami pun mulai menjadi satu, itu terlihat dari sikap Ratih yang mulai tak mampu menyembunyikan kekuatan cintanya padaku meski aku tahu dia juga kecewa padaku. Hingga pertengkaran yang dingin berubah menjadi hangat ketika aku mendengar jawaban yang merubah duniaku: “Sebenarnya aku suka padamu mas. Kuharap mas memang bisa menjagaku” Sejak saat itu, aku telah mendapatkan hatiku. Betapa bahagianya aku. Cinta yang indah. Sebuah intan yang mahal telah ku dapat. Namaku Toni... kata orang aku ganteng. Apa benar begitu? Rasanya emang itu bukan sekedar pujian. Aku memang dikaruniai wajah yang rupawan. Cewek adalah vitamin buatku. Aku suka gonta-ganti cewek.... suka-sukalah, hidup cuma sekali, dan bolehlah aku merasakan sorga duniawi. Inilah pikirku... pikir dangkal otakku. Rasanya aku sudah lupa, sudah berapa cewek yang aku permainkan dan aku tiduri. Pikirku aku gak maksa, mereka yang mau dan menyerahkan diri mereka. Peduli amat dengan nasib mereka. Toh mereka juga merasakan kenikmatan. Hahahaha.... aku Toni... pencari sorga duniawi. Itulah yang prinsip hidupku sebelum aku mengenal sosok ratih didalam hidupku. Semua berubah, atau lebih tepatnya dia telah merubah hidupku. Selama ini aku tak pernah merasakan gangguan dalam hidupku. kususnya kesehatanku. Tapi akhir-akhir ini aku merasa terlalu mudah lelah jika melakukan kegiatan. Aku tak tahu apa penyebabnya. Aku memerikasakan ksehatanku pada dokter pribadiku. Aku terkejut dengan apa yang dikatakan dokter pribadiku “Maaf mas Toni, ini mungkin berat buat mas Toni. Apakah mas Toni siap dengan apa yang akan saya katakan mengenai kesehatan mas Toni?” “Iya dok. Katakan saja!” “Mas Toni terjangkit virus HIV/AIDS” “Apa dok? Dokter gak salah kan? Jangan bercanda anda?” “Maaf mas Toni. Mas Toni harus tabah menerima kenyataan ini dan harus sering-sering mengontrol kesehatan mas Toni ke rumah sakit!” *** Perkataan dokter itu mengingatkanku akan tragedi bersama Dewi tiga bulan yang lalu.... Rasanya aku sudah tak tahan akan rayuannya. Hmmm desahanya.... waw membuatku hilang arah. Dia memang mampu membuatku terbang tinggi.  Apalagi malam ini dia berjanji akan memuaskan aku. Dewi adalah wanita terseksi yang pernah kukenal. Tak salah bila namanya adalah Dewi. Benar-benar seperti Dewi dari kayangan. Seksi nan cantik. Memang Dewi bukan yang pertama buatku aku sudah sering melakukan dengan cewek-cewek lain. Tapi Dewi tetap paling istimewa dalam hal seks. Malam ini aku datang ke apartermennya. Aku datang dengan penuh nafsu yang bergejolak didalam dada. Janntungku berdetak lebih kencang saat dia membuka pintu apartemennya dengan hanya memakai piama/ baju tidur yang tipis, yang membuat setiap lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Tentu sangat indah pemandangan itu. Kami pun menghabiskan malam dengan kenikmatan. Mengingat kembali apa yang kulakukan dengan Dewi membuatku sadar. “Apa mungkin Dewi??? Apa iya?” aku berfikir dan merenungi nasibku sendiri. Memang Dewi sangat terkenal gonta-ganti teman kencan. Bukan hanya aku yang pernah tidur dengannya. Aku sudah tahu akan reputasinya. “Ya Tuhan. Aku menyesal..... Ini memang ulahku. Aku kira sorga dunia itu adalah seks. Ternyata salah. Sorga dunia yang sesunggunya adalah ketika aku menemukan cewek yang begitu istimewa dan dicintainya dengan tulus dan dengan cara yang benar.” Kini aku menjauh atau menghindar dari Ratih.... aku tak mau sampai Ratih tahu akan keadaanku... ini yang terbaik dari hubungan kami. Aku mencintainya. Karena itu aku rela pergi dari hidupnya. “Penyesalanku adalah tidak bisa hidup denganmu untuk selamanya serta tidak bisa merasakan sorga yang sesungguhnya bersamamu.”

No comments:

Post a Comment